Foto : Anggota kelompok tani Serai Wangi Bersama, Desa Damuli, Labura sedang melakukan pemotongan (panen) serai wangi.
Labuhanbatu Utara | Issu.Com – Sebagai inovasi dalam membangkitkan pertumbuhan perekonomian dimasa pandemi, kelompok tani Serai Wangi Bersama Desa Damuli, Kecamatan Kualuh Selatan, Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura), Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mencoba menggalih potensi disektor pertanian tanaman setai wangi.
Seperti mendapat angin segar, hasil kajian laboratorium Scopindo di Medan, Sumut ternyata hasil sulingan serai wangi milik kelompok tani Serai Wangi Bersama tersebut memiliki kandungan senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan metabolisme jamur sehingga akan mengganggu pertumbuhan jamur dengan kadar sitronelal berada diangkat maksimal yaitu 45 persen.
Menurut A Yaluad (47), anggota kelompok tani Serai Wangi Bersama, Desa Damuli, Minggu (14/2), menjelaskan, tingginya kwalitas kandungan minyak hasil sulingan dari serai wangi milik mereka, dimungkinkan pada tahapan proses penyulingan dibarengi dengan alat yang mumpuni.
Menurutnya, untuk menghasilkan minyak Atsiri hasil sulingan, diperlukan keterampilan serta ketersediaan alat rebusan yang memakai elemen-elemen terbaik. Khusus mesin sulingan milik mereka, merupakan rakitan sendiri yang teknis dan elemennya diperoleh dari belajar kepada ahlinya.
“Kandungan itu telah diuji oleh Scopindo Medan, hasil 45 persen kandungan Sitronelalnya. Punya kita minyak murni tanpa campuran apapun. Jika harus bersaing dengan ke luar daerah, ya kita siap,” terang Yaluad.
Saat ini, menurut pengurus kelompok tani itu, mereka telah memiliki lahan serai wangi siap panen sekitar 7 hektar yang usia tanaman sekitar 6 bulan. Lahan itupun merupakan lokasi bersama dia dengan peserta kelompok tani lainnya.
Ketersediaan minyak serai wangi milik mereka yang telah disuling hampir mencapai tiga bulan lamanya itu, juga telah memiliki berbagai izin, bahkan telah menetapkan nama Kahfi oil Labuhanbatu sebagai brandnya.
Untuk menghasilkan minyak, sambungnya, biasanya mereka melakukan perebusan rumpun serai wangi sekitar 1 jam. Dari 30 rumpun, diperkirakan menghasilkan atsiri sekitar 0,8 liter. Saat ini, harga untuk setiap 10 mili liternya yang dikemas dalam botol, dikisaran harga Rp25.000. Dalam sehari, petani biasanya menghasilkan 5 liter minyak.
Minyak hasil sulingan milik mereka, juga telah pula diorder ke Medan, Labuhanbatu, Tanjungbalai, Riau dan lainnya. Kedepannya, selain memproduksi minyak, hasil sulingan serai wangi tersebut bahkan akan dikelola menjadi parfum, sabun cair, karbol, farmasi, pewangi mobil dan pewangi ruangan aroma terapi.
“Itu rencana kita dengan kawan-kawan, tapi setelah segala semua yang dibutuhkan, terpenuhi kota. Tidak hanya minyak, kita kembangkan menjadi menjadi sebuah produk yang bahanbakunya dari hasil sulingan itu,” papar A Yaluad. (Indra-Red)