Sharing is caring

thumbnailLABUHANBATU.ISSU.COM – Menutup tahun 2017 lalu, Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu, melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, menerbitkan buku berjudul : “Geliat Literasi Labuhanbatu, Upaya Masyarakat Membangun Budaya Baca”.Senin( 15/01 ).

Buku setebal 82 halaman itu, ditulis Agus Marwan dan Erix Hutasoit. Dua penulis buku ini, termasuk sosok inspiratif, yang dekat dengan pers. Tulisan dan tanggapan keduanya sering menghiasi lembaran surat kabar yang terbit di Kota Medan, maupun ibukota Jakarta.

“Harus diakui Labuhanbatu merupakan pionir gerakan literasi di Sumatera Utara. Bahkan gerakan membaca Labuhanbatu sudah dimulai sebelum terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No 23 Tahun 2015”, ucap Agus Marwan dalam suatu perbincangan terkait dengan terbitnya buku :  “Geliat Literasi Labuhanbatu, Upaya Masyarakat Membangun Budaya Baca”, belum lama ini di Rantauprapat.

Menurut Agus Marwan, keseriusan gerakan literasi di Labuhanbatu ini, ditopang dua kekuatan utama, yakni dukungan pemerintah dan upaya gerakan dari masyarakat.

Disebutkannya, salah satu Indeks Literasi Daerah adalah, bagaimana pelibatan publik dalam program literasi. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Labuhanbatu, berhasil mendorong dan memfasilitasi munculnya partisipasi warga, untuk mengambil bagian dalam gerakan literasi.

Seiring waktu, lanjutnya, gerakan literasi semakin menggeliat di Labuhanbatu. Masyarakat menyambut gerakan ini dengan antusias. Komunitas-komunitas membaca tumbuh dan berkembang secara mandiri. Mereka menggelar aksi-aksi edukatif dengan cara-cara baru yang atraktif, kreatif, dan inovatif.

Disebutkannya, buku berjudul “GELIAT LITERASI LABUHANBATU: Upaya Masyarakat Membangun Budaya Baca”, dalam waktu dekat ini akan segera beredar dimasyarakat. Buku ini akan diedarkan secara gratis oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu.

Menurut Agus Marwan, buku yang ditulis dirinya bersama  Erix Hutasoit, dengan editor Leo Sunarta Marpaung – Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan bersama stafnya, Syofyan Lubis ini,  mencoba memotret bagaimana geliat literasi itu terjadi. Dimulai dari prolog bagaimana strategi yang dilakukan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Labuhanbatu dalam menumbuhkembangkan gerakan literasi. Kemudian isi buku beranjak pada kisah-kisah apik dan menarik dari para komunitas dan pegiat literasi dalam mengembangkan budaya baca di Labuhanbatu.

Buku ini, katanya, sengaja ditulis dalam “bahasa” yang popular dengan tampilan yang ringan. Pola penulisannya lebih pada pola tutur, ketimbang pola penulisan ilmiah.

Agus berharap, semoga kisah-kisah menarik para komunitas dan pegiat literasi dari Labuhanbatu ini, dapat menggugah dan menginspirasi bagi gerakan literasi di tanah air. Terutama di Sumatera Utara.

“Saya menyampaikan terimakasih dan apresiasi yang tinggi kepada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Labuhanbatu, yang telah bersedia menerbitkan buku ini. Dan semoga buku ini bermanfaat bagi kemajuan anak bangsa”, ucap Agus Marwan mengakhiri perbincangannya.

Sumber : Diskomimfo Labuhanbatu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *