Sharing is caring

JAKARTA .ISSU.Com – Kepala Sekolah Staf dan Pimpinan Polri (Kasespim) Irjen Pol Drs Wahyu Indra Pramugari membuka acara bedah buku berjudul Ekonomi Indonesia dalam Lintasan Sejarah karya Prof DR Boediono, Wakil Presiden RI era Soesilo Bambang Yudhoyono, di Auditorium PTIK, Jumat, (28/7/2017).

Bedah buku yang dihadiri langsung penulis buku, selaku nara sumber merupakan rangkaian pembelajaran program pendidikan Sespimti Polri Dikreg ke – 26 tahun 2017.

 

Pada sambutannya, Kasespim Polri, Irjen Pol Drs Wahyu Indra Pramugari mengucapakan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat hadir dalam acara bedah buku peserta Sespimti Polri Dikreg ke-26 T.A. 2017 tentang “Ekonomi Indonesia Dalam Lintas Sejarah” di Sespim Polri. “Pada kesempatan ini, atas nama lembaga Sespim Polri khususnya seluruh peserta Sespimti Polri Dikreg ke-26 T.A. 2017 saya mengucapkan selamat datang dan terima kasih kepada Bapak prof. dr. Budiono atas kehadiran dan kesediaannya untuk memberikan presentasi bedah buku dengan judul Ekonomi Indonesia Dalam Lintas Sejarah,” kata Kasespim.

 

Dijelaskannya, bahwa kegiatan bedah buku ini merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran program pendidikan Sespimti Polri Dikreg ke-26 T.A. 2017 yang telah dibuka pada tanggal 30 maret 2017 dan rencana akan ditutup pada tanggal 31 oktober 2017, dengan jumlah peserta sebanyak 61 orang yang terdiri dari 56 orang Pamen Polri, dua orang Pamen TNI AD, satu orang Pamen TNI AU dan dua orang Pamen TNI AL. “Selanjutnya, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam program pendidikan bahwa peserta sespimti disiapkan sebagai kader pimpinan di masa yang akan datang pada level strategis,” jelasnya.

 

Lebih lanjut diungkapkannya, melalui proses pendidikan dan diharapkan memiliki kompetensi dan kemampuan antara lain :
Mampu merumuskan konsep strategi dan kebijakan untuk mencapai tujuan organisasi Polri dalam mengelola kegiatan fungsi kepolisian dalam rangka tugas pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, serta perlindungan, pengayoman, pelayanan, dan penegakan hukum;
Mampu merumuskan skenario ancaman kamdagri sampai dengan jangka panjang;
Mampu memanfaatkan media sosial (social media) dalam upaya pembentukan opini positif tentang Polri; Mampu mewujudkan superioritas organisasi;
Mampu menganalisis lingkungan strategis secara komprehensif, integratif dan holistik dalam lingkup lokal, nasional, regional dan global;
Mampu melaksanakan tugas sebagai pimpinan pada organisasi tingkat tinggi Polri yang memiliki karakter kebangsaan, memiliki pengetahuan yang unggul dan berwawasan luas yang dilandasi paradigma nasional;
Mampu menegakkan hukum dengan menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia (HAM) serta memiliki semangat untuk mendahulukan kepentingan bangsa serta masyarakat luas;
Mampu mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok secara profesional, modern dan terpercaya yang dilandasi nilai-nilai moral;
Mampu mengamankan proses demokrasi di indonesia;
Presentasi bedah buku dengan judul “Ekonomi Indonesia Dalam Lintas Sejarah”. “Hari ini, sebagai pemapar adalah Bapak prof. Dr. Budiono dalam kesempatan ini diharapkan para peserta dapat mengambil manfaat dari materi yang akan disampaikan,” ungkapnya.

 

Selain itu, Irjen Pol Wahyu Indra menerangkan, buku adalah jendela dunia. Dengan buku kita bisa mengetahui berbagai hal serta berbagai ilmu pengetahuan yang akan mampu membuat kita lebih pintar dan memiliki wawasan yang luas. Buku bagi kalangan akademis merupakan alat untuk mentransfer tacit knowledge menjadi explicit knowledge, sehingga memudahkan dalam penyebaran ilmu pengetahuan, namun dalam proses pemahamannya dibutuhkan upaya penalaran yang tepat dan kritis, salah satu cara memahami sebuah buku secara lebih detail tepat dan kritis adalah dengan mengadakan kegiatan bedah buku atau yang sering disebut resensi buku. “Adanya kegiatan bedah buku merupakan momentum yang tepat bagi kalangan akademis untuk bisa memberikan pandangan ilmiah serta berbagai pendapat kritis, maka dari itu keberadaan bedah buku di lingkungan kampus bisa dikatakan sebagai ajang yang bersifat akademis,” terangnya.

 

Sebelum mengakhiri, Kasespim menegaskan, kegiatan bedah buku merupakan identitas bagi kalangan akademika, sekaligus sebagai ajang riil untuk eksistensi sebuah komunitas akademik, yang pasti ada manfaat positif dengan adanya bedah buku, terutama bagi mereka yang turut serta dalam kegiatan tersebut. “Kegiatan bedah buku merupakan wahana yang tepat bagi peserta untuk mengasah serta mempertajam kemampuan berfikirnya dalam memahami ide-ide yang dipublikasikan ke publik. Bedah buku merupakan salah satu sarana untuk mengembangkan kekritisan bernalar peserta sebagai agen of change,” tegasnya.

 

Kapada para peserta, ia berharap dapat mengambil manfaat dari bedah buku secara umum yaitu memahami secara mendalam isi dari buku sehingga dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari buku tersebut serta dapat membandingkannya dengan teori atau wacana yang baku. “Melalui kegiatan bedah buku pada hari ini, diharapkan para peserta mampu membangkitkan semangat dalam menggapai cita-cita dan impian. Menginspirasi untuk memiliki visi dan misi dalam hidup, mendorong akan pentingnya kebiasaan menulis, mendobrak kemampuan dalam rangka meningkatkan prestasi, mengajak untuk bangkit dan maju menatap masa depan dengan penuh kobaran semangat,” harapnya.

 

Senada dengan itu, dalam pemaparannya, Boediono mengatakan pengetahuan sejarah sangat penting untuk dapat memahami dan mendalami permasalahan perekonomian, karena sejarah itu berulang. “Jadi, apabila seorang ekonom ingin menerapkan ilmunya maka perlu adanya wawasan mengenai sejarah. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi penulisan buku ini,” katanya

 

Menurut Prof. Dr. Boediono, M.Ec., politik dan ekonomi bagaikan dua belah sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Hal itu karena politik merupakan rambu-rambu dari ekonomi. Ekonom hadir untuk memasukkan rasionalitas dalam pembuatan suatu kebijakan. Terdapat beberapa ekonom hebat dalam sejarah yang dapat dipelajari sikapnya dalam melihat kebijakan. “Ekonomi dan politik adalah dua sejoli. Ibarat dua sisi mata uang, apa yang terjadi di bidang politik berkaitan dengan apa yang terjadi di bidang ekonomi. Keputusannya harus dalam konteks yang lebih besar lagi. Ekonomi tersubordinasi oleh politik secara umum,” paparnya.

 

Boediono, selaku begawan ekonomi ini menjelaskan perkembangan ekonomi Indonesia sejak zaman VOC hingga sekarang.

 

Menurutnya, tim ekonomi yang mumpuni bisa menterjemahkan situasi politik yang stabil. Ini menjadi program ekonomi berkesinambungan yang merupakan hasil dari 30 tahun kesetabilan politik. Kemudian, sistem ini pada akhirnya membuat kesalahan yang akumulatif dan terjadinya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). “Sedangkan sistem otoriter resikonya adalah ekonomi stabil tetapi tidak dapat dikoreksi dan meledak pada akhirnya,” jelasnya.

 

Diungkapkan Boediono, sebenarnya pada akhir orde baru politik masih kuat. Tetapi dipicu oleh krisis finansial. “Made of democracy world, artinya, demokrasi yang bermanfaat dan menghasilkan program – program yang solid serta menghadirkan kemajuan di bidang ekonomi,” ungkapnya.

 

Menanggapi buku tersebut, Prof Faisal Bisri mengatakan mengingatkan dirinya dan seluruh hadirin untuk belajar dari masa lalu, yakni sejarah. “Buku ini mengingatkan kepada kita untuk kembali disiplin dan memberikan contoh belajar dari masa lalu untuk mengidentifikasi potensi – potensi ekonomi dan mulai menata kembali dan sehatkan perekonomian,” katanya.

 

Sementara itu, DR Berli, mengkhawatirkan peran swasta yang begitu besar dalam perekonomian. Oleh karena itu, menurutnya, peran swasta harus dibatasi dan lebih mementingkan peran koperasi sebagai pelaku ekonomi yang pertama. “Ada kekawatiran besar peran swasta dalam ekonomi untuk tidak melakukan profit yang tidak terlalu tinggi,” katanya.

 

Selain itu, dalam ekonomi, ia mengungkapkan pentingnya pembangunan institusi hukum dan pentingnya putra – putri terbaik masuk dan terlibat penuh dalam upaya membenahi dan membangun hukum di tanah air.

 

Adapun kesimpulan bedah buku yang dihadiri 250 peserta pada kesempatan tersebut ialah memahami ekonomi ; harus secara detail tidak seperti ilmu sosial. Seorang pengelola negara adalah seseorang pengambil keputusan yang tidak ada seorang anggota keluarganya menikmati sepeserpun dari hasil pengambilan kebijakan tersebut. (Dedi)

Baca juga : https://www.infoseputarsumut.com/2017/07/27/polres-tanjung-balai-gelar-apel-upacara-pengosongon-dan-penyerahan-kunci-asrama/

Tampil sebagai moderator, Rosiana Silalahi dalam kegiatan tersebu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *